A.
TROUBLESHOOTING SISTEM JARINGAN
Sistem komputer merupakan sistem yang
kompleks. Berbagai permasalahan yang muncul disaat menggunakan sistem operasi
dapat merupakan kombinasi masalah yang dapat berasal dari perangkat keras,
aplikasi dan konfigurasi. Kegiatan menganalisa permasalahan, menentukan
penyebab dan mencarikan solusi terhadap masalah yang ditemukan merupakan
rangkaian proses yang dikenal dengan nama troubleshooting.
Bug merupakan salah satu bentuk
kesalahan yang ditemukan dalam aplikasi ataupun perangkat keras. Bug ini
biasanya dapat diketahui saat aplikasi atau perangkat digunakan, dengan
menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Bug ini dapat terjadi karena adanya
kesalahan logika dalam membuat program ataupun input yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan oleh aplikasi atau perangkatnya. Efeknya bisa terjadi hang,
aplikasi / perangkat tidak dapat merespon interaksi user, atau crash, aplikasi
akan menutup sendiri.
Selain karena kesalahan logika dan
input, bug juga dapat terjadi karena ada ketidaksesuaian komunikasi data antara
aplikasi dan perangkat keras. Hal ini bisa terjadi dikarenakan oleh adanya
update/upgrade dari aplikasi atau perangkat yang tidak dapat diterima satu sama
lain. Isu ini biasa dikenal dengan istilah kompatibilitas. Kompatibilitas
menyatakan seberapa baik suatu aplikasi/perangkat dapat berkomunikasi dengan
aplikasi/perangkat yang ada.
Secara
aplikasi sistem operasi melakukan perbaikan diri melalui update dan upgrade.
Dari proses inilah berbagai bug yang ditemukan pada program maupun driver dapat
diperbaiki.
Perbaikan
sistem operasi jaringan memerlukan pendekatan yang logis dan terorganisir
(tertata). Dengan pendekatan logis ini memungkinkan untuk mengurangi
variabel-variabel yang tidak terkait sehingga dapat menemukan variabel
utamanya. Mengajukan pertanyaan yang sesuai, menguji perangkat yang benar dan
menguji data yang valid akan membantu untuk menyelesaikan masalah.
Perbaikan
adalah kemampuan yang pengembangannya dilakukan secara bertahap. Semakin banyak
variasi kasus yang diterima akan semakin baik kemampuan memperbaikinya. Secara
umum dalam melakukan perbaikan terdapat beberapa langkah-langkah yang perlu
dilakukan diantaranya, adalah:
1. Identifikasi masalah
2. Pemunculan teori kemungkinan penyebab
masalah
3. Penentuan penyebab utama
4. Penerapan solusi
5. Verifikasi solusi dan fungsionalitas
sistem
6.
Pembuatan dokumentasi
a. KEGIATAN TROUBLESHOOTING
Kegiatan
pertama dalam troubleshooting adalah menentukan sumber masalah (identifikasi
masalah). Salah satu teknik untuk pencarian sumber masalah ini adalah dengan
menggunakan metode kuesioner. Pada metode ini ada serangkaian pertanyaan yang
perlu dibuat untuk menggali informasi dari user. Berikut ini merupakan beberapa
urutan pertanyaan yang dapat diberikan untuk menemukan penyebab masalah.
1)
Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Questions)
Pertanyaan
jenis ini digunakan untuk menggali informasi secara umum dari user mengenai
kerusakan yang terjadi. Pertanyaan jenis ini akan memberikan user
kesempatan
untuk menjelaskan secara rinci masalah yang terjadi dengan pengertiannya
sendiri. Berikut ini merupakan contoh beberapa pertanyaan umum yang dapat
diajukan terkait masalah yang terjadi.
- Apa masalah
yang dialami komputer atau jaringannya?
- Apa saja
aplikasi yang diinstal terakhir kali?
- Apa yang
sedang dilakukan user pada saat terjadinya masalah?
-
Apa saja perubahan perangkat keras yang dilakukan terakhir kali?
2)
Pertanyaan Tertutup (Closed-Ended Questions)
Setelah
memberikan pertanyaan terbuka, diatas dapat dilanjutkan dengan memberikan
pertanyaan tertutup. Jenis pertanyaan ini umumnya akan menghasilkan jawaban ya
atau tidak. Oleh karena user hanya memberikan jawaban ya/tidak, jenis
pertanyaan ini berguna saat ingin mendapatkan informasi dalam waktu singkat.
Berikut ini contoh beberapa pertanyaan tertutup yang dapat diajukan:
- Apakah ada
user lain yang menggunakan komputer tersebut?
- Dapatkan user
mereka-reka kembali proses yang dilalui hingga terjadinya error?
- Apakah ada
perubahan password yang dilakukan?
- Apakah ada
pesan error yang ditampilkan di komputer?
-
Apakah sedang terhubung ke jaringan saat itu?
b. DOKUMENTASI
Dokumentasi penting dibuat dalam
menyelesaikan suatu masalah agar dikemudian hari apabila menemui masalah yang
sama dapat langsung menggunakan solusi yang ada didokumen ini. Dokumentasi yang
dibuat perlu rinci agar dapat menjadi pertimbangan nanti, seandainya terjadi
masalah yang mirip (tidak sama) dengan kasus saat ini. Selanjutnya verifikasi
setiap penjelasan yang diberikan oleh user dengan melihat langsung di komputer,
serta lakukan juga reka ulang terhadap masalah yang ada. Secara umum format
dokumentasi dapat menyertakan informasi berikut ini.
1.
Deskripsi permasalahan
2. Langkah-langkah penyelesaian masalah
3.
Peralatan/komponen/perangkat yang diperlukan untuk melakukan perbaikan
c. SYSTEM LOG
Pada
sistem operasi Linux terdapat aplikasi System Log yang akan merekam semua aktivitas
yang dilakukan oleh sistem Linux.
Informasi
yang umumnya disertakan pada log adalah:
- Tanggal kegiatan dilakukan
- Apa kegiatan yang dilakukan
-
Proses apa yang melakukan kegiatan
tersebut
Dari catatan yang telah diberikan oleh
System Log tersebut untuk dapat mengetahui lebih dalam, seorang admin masih
perlu melakukan penggalian informasi lanjutan melalui dokumentasi program,
sistem ataupun melalui forum-forum diskusi yang ada.
Selain melalui aplikasi GUI System Log,
catatan kegiatan sistem Linux juga dapat dibaca melalui terminal. Semua file
log oleh Linux disimpan dalam bentuk file teks pada lokasi /var/log. Berikut
ini merupakan contoh file log yang terdapat pada direktori /var/log.
1.
/var/log/messages: pesan umum dan catatan kerja sistem
2.
/var/log/auth.log: catatan seputar autentikasi user
3.
/var/log/kern.log: catatan seputar kernel dan status perangkat keras.
4. /var/log/cron.log:
catatan tentang cron
Pembacaan
file log tersebut di terminal dapat dilakukan melalui alternatif
perintah-perintah berikut:
d. dmesg
Selain
itu terdapat juga program dmesg yang dapat digunakan untuk melihat
catatan-catatan operasi yang telah dilakukan oleh kernel. Apabila ada perangkat
keras yang mengalami masalah juga akan ditampilkan oleh aplikasi ini dalam
bentuk pesan error.
e. KODE BEEP BIOS
Setiap BIOS memiliki pengkodean erronya
sendiri-sendiri untuk menyatakan status dari berbagai perangkat keras yang
diakses oleh BIOS ini. Pengkodean ini umumnya diwujudkan dalam bentuk suara
beep. BIOS akan memberikan suara beep yang berbeda untuk kerusakan tiap
perangkat yang terkait. Apabila tidak ada kerusakan dan BIOS bekerja normal
biasanya akan memberikan suara beep sekali. Namun, apabila terjadi error akan
mengeluarkan suara beep sejumlah tertentu. Agar dapat mengetahui maksud dari
tiap kode beep perlu membaca dokumentasi BIOS yang disertakan atau menghubungi
pemanufakturnya.
f. ANALISA KONDISI HARDDISK
Apabila
permasalahan terdapat pada harddisk, pada Linux terdapat beberapa program yang
dapat digunakan untuk menganalisa kondisi harddisk. Diantaranya adalah baobab,
du dan df. Kesemuanya dapat digunakan untuk menampilkan status penggunaan
harddisk.
Baobab
merupakan program berbasis GUI, sedangkan du dan df merupakan program tekstual.
Perintah df digunakan untuk menampilkan penggunaan harddisk oleh
masing-masing sistem file yang ada, dan du berguna untuk menampilkan penggunaan
harddisk pada suatu direktori. Berikut ini merupakan contoh penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
·
MODULE SISTEM
OPERASI JARINGAN SEMESTER 2 XI 2016.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar